Prasastitanjore menceritakan penaklukan kerajaan sriwijaya oleh kerajaan cola. keberadaan prasati tersebut menjadi salah satu kelemahan teori kesatria karena. Question from @Risska7 - Sekolah Menengah Atas - Sejarah Selanjutnyaprasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. namun kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Sriwijaya. Prasasti Hujung Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap Sumatera. Selanjutnya dalam berita PenaklukanJambi oleh Sriwijaya sendiri telah terbukti dari pernyataan I-tsing tahun 685 Masehi saat pulang dari India dan mengatakan bahwa Jambi (Kerajaan Melayu) sudah menjadi bagian dari 22 Jejak-Jejak Masa Sejarah. Sumatra Selatan memasuki panggung sejarah sejak munculnya kerajaan Sriwijaya kira-kira pada abad VII Masehi. Kepastian munculnya kerajaan itu ditandai oleh beberapa inskripsi, sejumlah arca-arca batu dan perunggu serta keteranagan dalam sejumlah Kronik Cina. Munculnya kerajaan Sriwijaya menimbulkan sejumlah Sriwijayaadalah kerajaan Melayu kuno di pulau Sumatra yang banyak berpengaruh di kepulauan Nusantara.[1] Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I-Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 selama 6 bulan.[2][3] Prasasti pertama mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, Sumatra berapakah nol dari seratus juta sepuluh ribu satu rupiah. Jakarta - Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan megah bercorak Buddha yang berdiri pada abad ke-7 Masehi. Kerajaan ini meninggalkan beberapa prasasti yang berisi yang berlokasi di Pulau Sumatera ini mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Balaputradewa di abad ke-9. Balaputradewa adalah keturunan dari Raja Dinasti Syailendra, Kerajaan Sriwijaya terlihat dari berbagai prasasti peninggalannya. Sejarah awal mula berdirinya kerajaan ini tercatat dalam Prasasti Kedukan Bukit yang dikeluarkan pada tanggal 16 Juni 682 prasasti tersebut, diketahui Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang melakukan perjalanan suci. Dia berangkat menggunakan perahu dari Minanga Tamwan bersama orang tentara dan 200 peti Hyang Sri Jayanasa kemudian berhasil menakhlukkan beberapa wilayah dan membangun perkampungan di kerajaan ini juga diperoleh dari sumber asing. Dikutip dari buku Sejarah oleh Nana Supriatna, sumber asing diperoleh dari berita-berita China, India prasasti Nalanda dan Cola, Sri Lanka, Arab, Persia, dan Prasasti Ligor di Tanah Genting Kra Malaysia tahun 775 prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya diketahui berisi kutukan. Mayoritas kutukan tersebut ditujukan kepada orang-orang yang tidak taat terhadap raja. Berikut 6 prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berisi kutukan1. Prasasti Telaga BatuPrasasti Telaga Batu berisikan kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan dan tidak taat kepada raja. Melansir ancaman tersebut ditujukan kepada siapapun baik para putra raja dan pejabat kerajaan maupun para Prasasti Telaga Batu tertulis bahwa barangsiapa melanggar prasasti tersebut, maka dia akan mati. Berikut kutipan isi prasasti yang berisi kutukan ini"Selain itu, kuperitahkan mengawasi kalian ... akan mati ... dengan istri-istrimu dan anak-anakmu ... anak-cucumu akan dihukum oleh aku. Juga selain ... engkau akan mati oleh kutukan ini. Engkau akan dihukum bersama anak-anakmu, istri-istrimu, anak-cucumu, kerabatmu, dan teman-temanmu".2. Prasasti Boom BaruPrasasti Boom Baru ditemukan di daerah Palembang, tepatnya di sekitar Pelabuhan Boom Baru. Prasasti ini ditulis dengan huruf Pallawa. Tidak tertulis tahun dalam prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berisi tentang kutukan dari raja Sriwijaya. Melansir situs yang sama, sumpah atau kutukan ditujukan kepada orang yang berbuat jahat atau berkhianat kepada dātu Śrīwijaya red raja.Berikut penggalan isi kutukan dalam Prasasti Boom Baru"...apabila ia tidak bakti dan tunduk bertindak lemah lembut kepadaku raja dengan ...dibunuh ia oleh sumpah dan disuruh supaya hancur oleh ... Śrīwijaya"3. Prasasti Kota KapurPrasasti Kota Kapur ditemukan di Kota Kapur, Bangka Belitung. Prasasti ini diperkirakan ditulis pada 656 Masehi. Prasasti Kota Kapur berisikan permintaan kepada Dewa untuk menjaga persatuan dan kesatuan Kerajaan itu, prasasti ini juga berisi hukuman bagi orang yang melakukan kejahatan dan melakukan pengkhianatan terhadap Prasasti Karang BerahiPrasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berisi kutukan lainnya adalah Prasasti Karang Berahi. Prasasti ini ditemukan di Jambi, tepatnya di Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten laman Kemendikbudristek, Prasasti Karang Berahi ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini berisi kutukan bagi wilayah yang tidak tunduk terhadap Kerajaan Prasasti Palas PasemahPrasasti Palas Pasemah menceritakan tentang keberhasilan Kerajaan Sriwijaya dalam menduduki wilayah Lampung Selatan. Selain itu, prasasti ini juga berisikan kutukan bagi orang-orang yang tidak taat kepada raja. Orang tersebut akan terbunuh oleh penggalan isi prasasti kutukan peninggalan Kerajaan Sriwijaya"...Ada orang di seluruh kekuasaan yang tunduk pada kerajaan yang memberontak, berkomplot, tidak tunduk setia kepadaku, orang-orang tersebut akan terbunuh oleh kutukan..." Simak Video "Cerita Pemuda Bandung Buat Logo IKN Nusantara" [GambasVideo 20detik] kri/nwy Ragam peninggalan Kerajaan Sriwijaya masih bisa kita nikmati sampai detik ini. Seperti kita tahu, ketika masih bernama Nusantara, Indonesia memiliki banyak sekali kerajaan, dan Kerajaan Sriwijaya jadi salah satu yang terbesar. Kebesaran itu pun bisa kita ketahui lewat beragam peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Ada banyak sekali bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang tersisa yang menjadi saksi bisu, sejarah panjang Indonesia. Salah satunya adalah candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti, Candi Muara Takus dan Candi Buaro Bahal III. Ada juga prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang beberapa di antaranya, disebut memiliki kutukan. Sejarah Kerajaan Sriwijaya Berbagai bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya menjadi indikasi betapa besarnya kerajaan Hindu ini, pada masanya. Kerajaan maritim yang beribu kota di dekat kota Palembang ini membawa pengaruh yang besar hingga seantero kawasan Asia Tenggara. Tak heran jika peninggalan Kerajaan Sriwijaya bisa kita temukan di berbagai tempat di Asia Tenggara. Diyakini daerah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Singapura, Semenanjung Malaka, Thailand, Kamboja, Vietnam Selatan, Kalimantan, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Salah satu prasasti Kerajaan Sriwijaya yang cukup menggambarkan sejarah kerajaan tersebut adalah Prasasti Kedukan Bukit. Marieke Bloembergen Martijn Eickhoff dalam bukunya berjudul The Politics of Heritage in Indonesia A Cultural History menyebutkan bahwa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya itu ditemukan oleh seorang Belanda bernama Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Sebagai kerajaan dengan wilayah yang cukup luas, namun candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya tidak begitu banyak ditemukan di luar Sumatra. Berbagai sumber sejarah menyebutkan ada tiga candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya. 1. Candi Muaro Jambi Candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama adalah Candi Muaro Jambi. Kompleks candi Hindu-Budha ini disebut sebagai candi terluas di Asia Tenggara. Luas Candi Muaro Jambi disebut mencapai hektar, dan berlokasi di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Para arkeolog meyakini Candi Muaro Jambi didirikan antara abad 7 hingga abad 12 Masehi. Crooke, seorang letnan berkebangsaan Inggris diyakini sebagai orang yang pertama kali melaporkan adanya candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini. Lebih tepatnya pada tahun 1824, ketika sang letnan sedang memetakan daerah aliran sungai di sekitar lokasi Candi Muaro Jambi. Lebih dari seratus tahun kemudian, tepatnya pada 1975, pemerintah Indonesia mulai bergerak melakukan pemugaran. Pemugaran Candi Muaro Jambi dipimpin oleh arkeolog Indonesia bernama Soekmono. Di dalam kompleks Candi Muaro Jambi, terdapat kurang lebih sembilan candi yaitu Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung Tinggi, Telugu Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Sebagai candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya terluas, Candi Muaro Jambi memiliki keunikan yaitu dengan hadirnya beragam ornamen dari berbagai budaya. Diyakini Candi Muaro Jambi jadi titik temu kebudayaan Persia, Cina hingga India. 2. Candi Muara Takus Candi Muara Takus merupakan candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berlokasi di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Candi peninggalan Di dalam kompleks Candi Muara Takus terdapat beberapa bangunan candi yaitu Candi Sulung, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka. Mengutip dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, nama Candi Muara Takus diambil dari anak sungai Takus yang bermuara ke Sungai Kampar Kanan. Namun ada juga yang meyakini bahwa nama Takus diambil dari bahasa Cina yaitu Ta, Ku dan Se. Dalam bahasa Cina, Ta artinya besar, Ku yang berarti tua dan Se yang memiliki arti candi. Dari teori ini jika kata-kata tersebut digabungkan maka memiliki arti candi tua berukuran besar. 3. Candi Biaro Bahal Candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berikutnya adalah Candi Biaro Bahal, atau juga kerap disebut Candi Bahal atau Candi Portibi. Terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Candi Bahal merupakan kompleks candi terluas di Sumatra Utara, seperti dilansir dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dalam kompleks candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini terdapat Candi Bahal I, Candai Bahal II dan Candi Bahal III. Menariknya, tidak diketahui secara pasti apakah candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini merupakan candi Hindu atau Buddha. Jika melihat bentuk atap Candi Bahal I, terlihat nuansa candi Buddha, namun dari ragam arcanya malah kuat akan nuansa Hindu. Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Tak hanya candi, bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya juga ada yang berupa prasasti. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya pun terbilang cukup banyak, dan cukup banyak memberi informasi terkait Kerajaan Sriwijaya itu sendiri. 1. Prasasti Talang Tuo Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama adalah Prasasti Talang Tuwo atau Talang Tuo. Berbagai sumber menyebutkan bahwa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan pada 17 November 1920 oleh Louis Constant Westenenk. Pada prasasti Talang Tuo tertulis angka yang menunjukkan tahun 606 saka atau 23 Maret 684 Masehi. Itu artinya prasasti ini berasal dari era Sri Jayanasa. 2. Prasasti Kedukan Bukit Di atas telah dijelaskan sekilas apa itu Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan oleh Batenburg pada 1920 di Kampung Kedukan Bukit, di tepi Sungai Tatang. Bentuk prasasti Kedukan Bukit berukuran kecil dan terdapat tulisan dengan aksara Pallawa, dengan bahasa Melayu Kuno. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berkisah tentang awal mula berdirinya Kerajaan Sriwijaya. 3. Prasasti Telaga Batu Ada dua Prasasti Telaga Batu, dan keduanya ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru, Kota Palembang, Sumatra Selatan pada 1935. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini dipahat di batu andesit dengan ukuran tinggi 118 sentimeter dan lebar 148 sentimeter. Ada kisah menarik dari prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang satu ini. Prasasti Telaga Batu disebut sebagai prasasti yang isi tulisannya adalah kutukan. Lebih detail, kutukan tersebut ditujukan untuk siapa saja yang hendak berbuat jahat kepada Kerajaan Sriwijaya. Seorang filologi berkebangsaan Belanda, Johannes Gijsbertus de Casparis beranggapan bahwa orang-orang yang tertulis pada Prasasti Telaga Batu dianggap berbahaya bagi Kerajaan Sriwijaya. 4. Prasasti Karang Berahi Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan oleh Berkhout di Batang Merangin, tepatnya di Desa Karang Berahi, Jambi. Diyakini prasasti Karang Berahi berasal dari abad 7 Masehi. Serupa dengan Prasasti Telaga Batu dan Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang Berahi juga berisi kutukan. Kutukan ditujukan kepada orang-orang yang hendak berbuat jahat dan tidak patuh terhadap pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. 5. Prasasti Kota Kapur Memiliki bentuk tiang dengan tinggi 177 sentimeter dan lebar 32 sentimeter, Prasasti Kota Kapur disebut sebagai dokumen berbentuk tulisan tertua yang menggunakan bahasa Melayu. Prasasti Kota Kapur ditemukan oleh van der Meulen pada 1892, di Pulau Bangka. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini kemudian dianalisis oleh ahli epigrafi asal Belanda bernama H. Kem. Seperti disebutkan sebelumnya, Prasasti Kota Kapur juga berisi kutukan, serupa dengan dua prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, yaitu Prasasti Telaga Batu dan Prasasti Karang Berahi. 6. Prasasti Ligor Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di wilayah Thailand Selatan, tepatnya di Ligor, atau sekarang dikenal dengan Nakhon Si Thammarat. Terdapat dua Prasasti Ligor, yang kemudian dinamai Prasasti Ligor A dan Prasasti Ligor B. Naskah dalam Prasasti Ligor A berisikan tentang raja Sriwijaya. Lebih lanjut, prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berkisah tentang raja Sriwijaya yang dianggap raja dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajakara. Sementara itu, Prasasti Ligor B mengisahkan tentang raja bernama Visnu yang bergelar Sri Maharaja. Disebutkan Visnu berasal dari Dinasti Sailendra. 7. Prasasti Leiden Prasasti Leiden berisi tulisan berbahasa Sanskerta dan Bahasa Tamil. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini tersimpan di Leiden, Belanda. Prasasti Leiden mengisahkan tentang hubungan Dinasti Chola dari Tamil dan Dinasti Sailendra dari Sriwijaya yang berjalan baik. 8. Prasasti Palas Pasemah Ditemukan di Desa Palas Pasemah, Lampung, prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditulis dalam Bahasa Melayu Kuno dengan Aksara Pallawa. Prasasti yang terbuat dari batu ini menceritakan tentang kutukan kepada mereka yang tidak mematuhi peraturan di Kerajaan Sriwijaya. 9. Prasasti Hujung Langit Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Prasasti Hujung Langit. Prasasti ini ditemukan di desa Hakha Kuning, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat. Sama seperti Prasasti Palas Pasemah, Prasasti Hujung Langit juga menggunakan Bahasa Melayu Kuno yang ditulis dalam Aksara Pallawa.

berita tentang penaklukan jambi oleh sriwijaya tertulis dalam prasasti